Berbeda dengan tahun sebelumnya, pada
tahun ini pendaftaran untuk menjadi Koordinator Kota Kemenkeu Mengajar 2 sangat
terasa semaraknya. Begitu banyak yang tertarik dan mendaftar, saya termasuk
juga didalamnya. Bersyukur bahwa saya mendapat kesempatan untuk mengemban tugas
dan tanggung jawab sebagai Koordinator Kota Kemenkeu Mengajar 2 Tebing Tinggi.
Rasanya tentu luar biasa senang dan meluap-luap bahagia. Ide-ide yang udah
dipersiapkan berasa ingin segera direalisasikan, padahal panitia saja belum
terbentuk (heehee…). Pada awalnya tentu mengajak mereka yang udah mendaftar
sebagai Koordinator Kota namun tidak terpilih, untuk bergabung sebagai relawan panitia.
Saya antusias pengen mengajak mereka bergabung di Tebing Tinggi, apalagi saat
tahu kalau ada tiga orang pendaftar untuk wilayah Tebing Tinggi dan sekitar
(kecuali Medan). Paling mengejutkan adalah pada saat Panitia Pusat membagikan
daftar nama tersebut, ternyata tiga orang yang mendaftar sebagai Koordinator
Kota Tebing Tinggi ketiganya bernama belakang (marga/boru) Simarmata. Memang kalau
nama saya dipakainya Saragih, tapi lengkapnya nama belakang saya itu Saragih
Simarmata. Rasanya kaget, lucu, dan senang juga karena jarang sekali kejadian
seperti ini. Bersyukur yang satu mau bergabung sebagai PIC Acara dan satu lagi
tidak bisa bergabung karena sedang hamil muda.
Jika Kemenkeu Mengajar (KM) kota
lain memilih sekolah yang berdekatan, Tebing Tinggi justru memilih sekolah di
Tebing Tinggi dan Samosir sebagai tempat dilaksanakannya KM 2. Banyak yang
mempertanyakan mengapa memilih lokasi yang begitu berjauhan, tidak hanya
terpisah daratan tapi juga danau. Iya, danau karena Samosir adalah sebuah pulau
yang berada tepat di tengah-tengah Danau Toba. Sudah pernah ke Danau Toba? Jika
belum maka cobalah jadwalkan waktu untuk berlibur dan menikmati keindahan Danau
Toba. Pesan hotel dua atau tiga bulan sebelum kedatangan karena biasanya
hotel-hotelnya selalu penuh dengan turis dari mancanegara. Alasan pemilihan
sekolah dilihat berdasarkan kebutuhan sekolah tersebut. Kemenkeu Mengajar tentu
tidak hanya ingin merangkul dan menjadi dekat dengan masyarakat sekitar, namun
juga menunjukkan kepedulian bagi mereka yang mungkin “terlupakan” oleh sekitar.
Sekolah di Tebing Tinggi merupakan
sekolah yang sudah terakreditasi A, namun mayoritas siswanya berasal dari
golongan ekonomi menengah kebawah. Ruang belajar sudah cukup baik dengan
pencahayaan yang cukup serta kebersihan yang terjaga. Buku-buku bacaan dan
perpustakaan juga sudah tersedia meski belum sepenuhnya mencukupi bagi seluruh
siswa di sekolah tersebut. Donasi buku menjadi ide yang kita lakukan agar para
siswa mendapat buku-buku pengetahuan yang layak baca dan dapat meningkatkan
pengetahuan mereka akan dunia luar dan masa depan. Kita berharap melalui KM 2 para
siswa juga berani untuk menggapai cita-citanya tanpa memandang latar belakang
ekonomi dan keluarganya, membawa dampak perubahan bagi bangsa baik sebagai
penjaga keuangan negara maupun profesi lainnya. Sekolah begitu antusias saat
kita berkunjung kesana, mereka tidak menyangka akan terpilih karena letaknya
yang berada di pinggiran kota dan siswanya berlatar belakang ekonomi menengah
kebawah. Bahkan Kepala Sekolahnya sampai berkata : “Kami gak sangka loh Bu,
bakal terpilih untuk kegiatan ini. Kan biasanya kalo dari intansi-instansi gitu
milihnya sekolah-sekolah yang di kota, apalagi siswa kita kan ya gitulah..dari
ekonomi menengah kebawah tapi pintar-pintarnya mereka.” Hasil survey dan
perbincangan dengan Kepala Sekolah membuat kita makin yakin dengan pilihan ini.
Sedangkan
sekolah di Samosir, masih sangat jauh berbeda dengan sekolah di Tebing Tinggi.
Pada saat survey ke Samosir saya tidak bisa ikut, jadi hanya mendengar cerita
dan melihat foto serta videonya saja. Saya hanya tahu bahwa kondisi disana
masih jauh dari kata layak sebagai sekolah. Air saja masih susah disana,
sungguh ironi karena mereka berada di tengah danau dan hutan yang harusnya
menyimpan banyak air. Ruang sekolah masih belum sepenuhnya layak karena ada
beberapa kelas yang lantainya terbuat dari semen dan sudah pecah-pecah sehingga
banyak debu. Kursi-kursi juga masih ada yang menggunakan kursi plastik. Ketika
pada akhirnya saya mendapat kesempatan melihat langsung sekolah tujuan KM 2 di
Samosir, saya antusias sekali. Apalagi letak sekolahnya yang berada di kampung
(desa) Simarmata, tempat opung leluhur saya lahir dan tumbuh disana. Rasanya KM
2 ini akan menjadi kesempatan untuk pulang kampung atau bahasa kekiniannya back to huta (huta dalam bahasa Batak
Toba artinya kampung atau desa).
Saya
sedang ada kegiatan kantor di Samosir dan kemudian menyempatkan diri melihat lokasi
sekolah. Dalam perjalanan menuju sekolah, saya bertemu dengan dua orang anak
sekolah yang sedang berjalan kaki lengkap dengan seragam dan tas sekolahnya.
Keduanya membawa bambu panjang, mungkin untuk prakarya atau tugas dari guru. Saat
itu saya bersama dengan enam orang teman kantor langsung mengajak dua siswa sekolah
ini untuk ikut naik mobil ke sekolah mereka. Saya trenyuh dan ingin menumpahkan
airmata saat tahu kalau mereka harus berjalan kaki lebih dari enam km setiap
hari, berangkat dan pulang dari sekolah. Jalanannya masih tanah yang kalau
hujan tentu akan becek dan tidak ada gojek, tapi mereka tetap berangkat
sekolah. Jadi teringat kalau dulu saat SD, saya saja masih malas-malasan untuk
sekolah padahal dekat dengan rumah, rasanya malu jika dibandingkan dengan dua
orang adik ini. Begitu sampai di sekolah, kita hanya mampir sebentar tidak
sampai masuk ke sekolah karena sedang mengejar waktu, rasanya makin terharu
saat melihat sekolahnya dan para siswa yang sedang berkumpul menyanyikan lagu
wajib sambil menatap heran kepada kami. Hanya lambaian tangan yang bisa kami
lakukan sambil bergumam sampai ketemu tanggal 23 Oktober 2017.
Rasa
antusias terhadap KM 2 Tebing Tinggi ini bukan semata-mata karena kampung
leluhur yang menjadi salah satu tujuannya, tapi karena kesempatan untuk membawa
kebaikan yang tidak ternilai bagi mereka yang ada di Tebing Tinggi dan Samosir.
Saya makin yakin jika tahun depan masih diberi kesempatan untuk bergabung
dengan KM lagi, saya ingin menjangkau lebih banyak lagi relawan untuk kembali
ke sekolah, kembali ke kampung halaman dan membangun mimpi anak-anak disana.
0 comments:
Post a Comment