Monday, November 13, 2017

Menjejak Hati


Hujan sedang turun saat saya menuliskan ini, memang benar bahwa hujan selalu punya caranya sendiri untuk menghipnotis pikiran. Buktinya, saat ini pikiran saya sedang melayang jauh melompati waktu. Pikiran saya tertegun pada masa dimana gelak tawa menghiasi udara yang panasnya sungguh luar biasa. Panas yang menyengat namun tawa ada dimana-mana, saya heran ini sebenarnya apa? Akh, ternyata ini saat Kemenkeu Mengajar 2 Tebing Tinggi. Saya tersenyum dan tangan saya refleks memegang kedua pipi berusaha menahan airmata yang ingin tumpah. Bahagia dan haru yang bercampur menjadi satu, entah bagaimana cara yang tepat untuk menuliskannya. Pikiran saya melayang menjelajahi setiap jejak yang memenuhi masa itu. Saya tertegun melihat jejak-jejak itu, apakah itu jejak milik saya? “Ternyata benar,” seru saya dalam hati. Saya mencoba mengumpulkan jejak-jejak itu dan menelitinya seksama. Bagai sebuah film yang diputar ulang, jejak itu mulai membawa saya melihat masa demi masa.
Jejak yang pertama membawa saya melihat ke masa ketika awal Kemenkeu Mengajar 2 Tebing Tinggi terbentuk. Seorang yang muda dan kurang berpengalaman seperti saya, namun didaulat menjadi Koordinator Kota dengan setumpuk tugas dan tanggung jawab. Ada begitu banyak tangan yang terulur membantu, bahkan dari mereka yang lebih berpengalaman dan memiliki jabatan jauh diatas saya. Ide-ide yang tercetus disambut hangat dan kesediaan membuka jalan ketika kebuntuan menghadang. Sungguh mereka tak memandang rendah saya karena saya muda, terima kasih.
Jejak yang kedua kemudian memutar kisahnya, mengingatkan saya betapa bekerja sama itu begitu indah. Teman dan sahabat yang selalu siap sedia menyumbangkan tenaga, pikiran bahkan waktunya untuk memastikan segala sesuatunya berjalan lancar. Tidak ada rasa curiga karena saling memahami bahwa seluruhnya dikerjakan demi kebaikan yang besar. Sungguh, tidak mungkin Kemenkeu Mengajar 2 Tebing Tinggi akan sukses jika bukan karena sentuhan tangan mereka, terima kasih.
Saya kembali dibawa melintasi waktu dan jejak ketiga mulai berkisah. Derai airmata, ketakutan dan rasa putus asa tampak menyelubungi saya pada saat itu. Penatnya pekerjaan dan tekanan kebutuhan dari berbagai pihak membuat saya stress. Waktu rasanya begitu cepat berputar seakan tak ingin kalah cepat dari pikiran saya yang selalu berlari kesana-kemari memikirkan semuanya. Bagi saya seluruh tugas dan tanggung jawab harus dilaksanakan dengan sepenuh hati, meski penat dan lelah mulai menggerayangi. Terkadang ingin rasanya membelah diri agar bisa lebih maksimal mengerjakan semuanya, namun saya merasa jadi seram jika hal itu terjadi (membelah diri.red). Sungguh jika bukan karena dukungan lembut dan sandaran kokoh dari kekasih hati maka tidak mungkin saya bisa melalui masa itu, terima kasih suamiku.
Kemudian jejak keempat muncul, ia juga ingin mengisahkan sesuatu. Ia berkisah bagaimana saya belajar bahwa tidak semua orang akan berjalan berdampingan dengan kita. Akan ada mereka yang berjalan berdampingan dekat dengan kita, ada juga yang berjauhan meski masih sejalan dan ada juga yang berlawanan arah dengan kita. Semuanya tentu agar bumi ini seimbang. Kegiatan ini baik, sangat baik malah, namun tentu tidak semua pihak bisa menerimanya. Terkadang ada respon yang mengejutkan, tapi tidak jadi menyurutkan semangat berbagi kebaikan justru semakin membuat semangat membara. Mengapa? Sebab tidak semua pribadi mendapat kesempatan untuk berbagi dan jika kita mendapat kesempatan itu maka ambil dan jalankanlah. Sungguh penyemangat itu bisa datang dari mana saja, bahkan dari yang berbeda dari kita. Terima kasih teman.
Jejak kelima menarik saya, ia juga ingin berkisah. Ia menunjukkan saat senyum sumringah menghiasi wajah relawan pagi itu. Iya, hari Mengajar itu telah tiba. Saya melihat pancaran kebahagiaan di wajah para relawan yang bahkan mampu mengalahkan hangatnya mentari pagi. Hati saya menghangat dan pelupuk mata saya mulai memberat. Akh, seperti inikah masa kecil saya dulu? Bongkahan rindu menyeruak relung saya, memutar kembali kenangan masa kecil, masa-masa Sekolah Dasar. Saya pikir seluruh relawan juga merasakan hal yang sama. Kenangan masa kecil pasti sedang memenuhi benak mereka saat ini. Bahkan ketika keringat mulai bercucuran, tidak melunturkan wajah bahagia mereka. Gelak tawa adik-adik pun memenuhi setiap ruang di sekolah, bermain dan belajar bersama dengan kakak dan abang yang baru mereka kenal namun begitu berkesan. Terima kasih kalian semua sungguh luar biasa.

Saya terduduk menatap pemandangan manis itu seraya menunggu mungkin ada jejak berikutnya. Akan tetapi, ternyata semua jejak sudah terkumpul dalam genggaman saya dan kemudian saya menyadari sesuatu. Dari begitu banyak jejak yang saya kumpulkan, sepertinya itu semua bukan jejak yang saya buat. Padahal pada awalnya saya ingin sekali meninggalkan jejak yang akan diingat dan berkesan bukan hanya bagi diri saya, tapi juga bagi relawan dan adik-adik. Kini saya malah merasa bahwa bukan saya yang menjejak disana, tapi mereka semua yang menjejak. Seperti ketika kita ingin memberi, namun malah diberi begitulah yang saya rasakan ketika mengingat semua ini. Kemenkeu Mengajar 2 meninggalkan begitu banyak jejak bagi saya yang mengajarkan banyak hal dan memberi banyak kenangan. Sama seperti hujan yang rintiknya menjejak di tanah, begitu juga dengan Kemenkeu Mengajar 2, ia menjejak di hati saya dengan caranya yang tidak terduga. Bagaimana dengan kamu?

0 comments:

Hello world.. ^__^

Hello world.. ^__^

Advertising

Advertising

Labels

About Me

My Photo
Perfect Melancholic - Strong Choleric - Pluviophile

Entri Populer